Marah Puisi Karya Darah Mimpi
Kau memakan hati orang
Sadarkah hal itu?
Tentulah aku tahu kau buta. Bahkan perasaan kau tak punya
Lantas, seeloknya kau cengkeram jantungku, meremas-remasnya hingga sekarat
Aku pun lemah tak berdaya. Semua kekuatanku telah habis kau sikat
Hati yang kering ini kau injak-injak hingga retak. Lebih parah ketimbang tanah tandus di pedasaan saat musim panas
Kau siram hatiku dengan lelehan magma dari gunung Merapi yang baru saja kau genggam dengan cakaran omongan busukmu
Lantas kau ecoh aku bagaikan semut yang hanya mengharapkan makanan sisa manusia. Tak berguna hidupnya.. tanpa kau pelajari bahwa semut pun masih mampu bekerja sama
Semut bisa mengangkat ulat yang besarnya berkali-kali lipat dari tubuhnya. Apakah dia takut ulat memangsanya? Tak. Dia bukan pengecut!
Kaulah yang pengecut!
Bahkan kebusukan hatimu pun tak mampu kau cium. Itulah para pengecut
Saat terang datang, saat gelap melayang.
Darah Mimpi
Yogyakarta, 2015.