Sepucuk Surat oleh Abhel
Tadi malam bulir hujan berjingkrak-jingkrak di jalan menuai gemericik biru di dagu tinta yang tak bertelapak kaki
Mengecup seribu senti dengan tatanan rapi
Sebenarnya aku geli kala ia menari di atas tubuh rampingku yang mulus, tapi aku tak marah dengan seribu bekas yang ia tinggal di lipatan tubuh tak bertulangku
Denyut nadinya berbisik padaku, katanya jemari mungil itu sengaja diutusnya berpelesir kemari untuk meneruskan cerita dari dua lembah yang amat luas tapi tak terlihat
Tentu mau tak mau aku membiarkannya terus menggelitikku, karena akan ada dua kemungkinan usai ia puas berpelesir dengan aroma hujan
Aku yang telah sempurna jadi bika kata-kata akan sampai pada sebuah alamat baru
Kemungkinan lain, pemilik jemari akan tetap memeliharaku. Setidaknya sampai hujan reda.
Jombang, 17062017