Sajak Sapta Arif ‘Kita Membicarakan Hujan’
KITA MEMBICARAKAN HUJAN
:Untukmu, gadis pecinta hujan
Kau kerapkali memintaku duduk di meja makan, menyajikan kata-kata.
Hari itu, kau terlihat lapar dengan kelopak matamu yang berbinar, memaksaku
menyajikan semangkuk puisi untuk kau nikmati:
Rumayso.com
Hujan pertama yang jatuh di kelopak matamu adalah taman;
Lalu muncul tangan yang bersigenggam, dan dunia menjelma
menjadi deretan cerita, lalu kita terdampar di sana.
Kau bisa menjadi apa saja.
Kemarin kau menjadi rumah yang diselimuti taman.
Kelopak matamu adalah hamparan halaman dan teras.
Sangat asri, dengan pohon harapan yang kokoh di sana.
Terasmu adalah sepasang kursi goyang dan sebuah meja.
Dari sanalah cerita-cerita senja bermuara.
Hari ini turun hujan.
Kau adalah tetes pertama yang jatuh di punggung.
Aku kerapkali membayangkan kau adalah
seorang gadis kecil yang berlari riang di tengah hujan.
Dan aku ingin menjadi gigil yang menyelimutimu.
:Merasakan utuh tubuhmu.
Namun hari ini kau adalah hujan.
Dan aku adalah segenap cerita-cerita penantian.