*Nyayian Air Mata*<\/strong><\/p>\n Masih melaju bersama kereta waktu Keriput peraupannya tak sesenti pun mengikis semangat mereka Tangisku masih bernyanyi Lukisan kejernihan mereka masih begitu melekat Hilwin Nisa’, pemudi asal Blitar. Selain senang bergelut dengan deretan angka, dia juga merasa lebih merdeka saat bercumbu dengan untaian kata-kata. Merasa lepas saat menari bersama aksara.<\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":" *Nyayian Air Mata* Masih melaju bersama kereta waktu Sesekali mengintip dari gerbong jiwaku Melihat nyawa-nyawa yang lalu lalang Dengan keringat yang bercucuran Keriput peraupannya tak sesenti pun mengikis semangat mereka Rupanya, ketulusan masih saja berjodoh di sarang kedalaman mereka Senyum yang beradu bau anyir lelah, masih saja melebihi wangi segala apa Tangisku masih bernyanyi Menyuarakan […]<\/p>\n","protected":false},"author":444,"featured_media":18140,"comment_status":"open","ping_status":"open","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[116,290],"tags":[292],"yoast_head":"\n
\nSesekali mengintip dari gerbong jiwaku
\nMelihat nyawa-nyawa yang lalu lalang
\nDengan keringat yang bercucuran<\/p>\n
\nRupanya, ketulusan masih saja berjodoh di sarang kedalaman mereka
\nSenyum yang beradu bau anyir lelah, masih saja melebihi wangi segala apa<\/p>\n
\nMenyuarakan bait-bait perih di ulung hati<\/p>\n
\nSementara di sana, tangan-tangan raksasa masih dengan semena memperkosai mereka
\nSedang tangan ringkihku, masih saja tak berdaya
\n
\nPengasih segala kasih,
\nPada-Mu ku titipkan syair air mata
\nMohon selamatkan kesucian mereka
\nDari kebringasan segala raksasa<\/p>\n