KASIH DI TENGAH RUAP BIRU<\/strong><\/p>\n \nSenja nyata kala itu \u00a0Embun Penantian<\/strong><\/p>\n <\/p>\n Karam labuh kalbu berbisik pilu Embun Blitar Pagi,2017<\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":" KASIH DI TENGAH RUAP BIRU Senja nyata kala itu Dua angsa berlarian di atas buih Berseberang kawannya menari di langit putih Menyapa jumpa penuh kasih Sedikit tahu telah hiasi hiruk kota Memadu pekik tinggalkan pelik Area padat bersatu pikuk Mengadu raga rasa lekuk Melepas laut temukan kasih Palung Laut saksi bisu atas ruap Sarap-sarap jejak […]<\/p>\n","protected":false},"author":444,"featured_media":18310,"comment_status":"open","ping_status":"open","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[116,290],"tags":[292,2893],"yoast_head":"\n
\nDua angsa berlarian di atas buih
\nBerseberang kawannya menari di langit putih
\nMenyapa jumpa penuh kasih
\nSedikit tahu telah hiasi hiruk kota
\nMemadu pekik tinggalkan pelik
\nArea padat bersatu pikuk
\nMengadu raga rasa lekuk
\nMelepas laut temukan kasih
\nPalung Laut saksi bisu atas ruap
\nSarap-sarap jejak riuh prajurit kota
\nSeiringnya di tengah kota
\nSenja nyata saling menggandeng
\nMemandang kagum kekuatan kisah
\nSejoli Angsa laut malu-malu berjalan di ruak air
\nDihantarkan setiap belahan sanak Angsa
\nSejoli belahan sanak berharu biru
\nIkhlaskan ruap berhias di buih biru
\nJelas ternoda tersingkap kasih tak bersih
\nTergambar bening penuh palsu
\nMenertawai sesama prajurit
\nMereka masih mengema buang sarap
\nSarap yang tiada bisa diurai
\nMenodai kasih sejoli angsa biru kala itu<\/p>\n
\nMengajak usik suara kalbu kerabat
\nKhizb telah berlalu
\nSuara benalu teramat memalu
\nKali ini seorang gadis tua terungkap
\nBisikan kalbu menguap hebat
\nTetesan demi tetesan
\nMembentuk butiran embun di suraunya
\nSlalu mentari tak menanti
\nMerdu pipit keci menaril pada candela surau
\nTemani gadis tua itu bersedu
\nKali ini bukan lagi sahabat, kerabat
\nTapi walidain mengusik
\nPucuk daun melayu berhias embun
\nUsia produktif telah terlewat
\nSetiap insan tatap dengan layat
\nSetiap hari ketika surya tersenyum menyapa
\nSurau wahana kalbu slalu parau
\nMenarik pelan alunan embun
\nMenyirat arti penuh makna
\n“Sebentar lagi!”
\nTuhan tak sejahat itu
\nAda waktu menanti dengan hati
\nAgar tahu betapa hidup penuh arti
\nTiada penantian pangeran suarga
\nTapi kisah mati jadi titian<\/p>\n